Pendakian Akhir Tahun 2020 - Gunung Lawu Via Candi Ceto Karanganyar Jawa tengah
Asalamualaikum Wr. Wb
Kali ini saya bersama teman-teman saya akan melakukan pendakian ke Gunung Lawu. Gunung yang memiliki pesona berbeda dibandingkan dengan gunung lain di Pulau Jawa, bukan gunung yang tertinggi, bukan gunung yang memiliki jalur terpanjang, dan juga bukan gunung yang memiliki jalur tersulit.
Namun Gunung Lawu menjadi gunung yang sangat fenomenal di kalangan pendaki, kenapa begitu?.. Ya karena gunung ini penuh dengan kisah spiritualnya. Ada beberapa petilasan peninggalan zaman kerajaan disini, sehingga gunung ini pun juga ramai dikunjungi oleh para peziarah. Gunung ini pula sangat terkenal akan kejadian mistisnya, terbukti dengan banyaknya pendaki yang pernah mengalaminya.
Namun disisi lain gunung ini memiliki pemandangan yang sangat eksotis, salah satunya adalah padang savana yang sangat memukau. Gunung yang memiliki ketinggian 3.265 mdpl ini berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, lebih tepatnya berada di 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi di Jawa Timur lalu Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah
Gunung Lawu menjadi salah satu tujuan favorit bagi pendaki, terdapat beberapa basecamp atau pos pendakian, diantaranya, Cemoro Sewu dan Singolangu di Kabupaten Magetan, Candi Ceto, Cemoro Kandang dan Tambak di Kabupaten Karanganyar dan Jogoroyo di Kabupaten Ngawi.
Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu merupakan basecamp yang berdekatan, yaitu berada di jalan tembus Tawangmangu-Sarangan. Sehingga akses menuju basecampnya pun sangat mudah dibanding basecamp lainnya.
Oh iya, pendakian saya kali ini ditemani oleh 4 orang teman saya yang tergabung dalam Konco Turu Adventure, ya gitu lah komunitas pendaki kecil-kecilan hehehe, mereka adalah Wisnu, Toha dan Eko.
Hari Jumat, 25 Desember 2020 pukul 4 sore kami berangkat menuju Basecamp Candi Ceto dengan mengendarai sepeda motor. Oh iya tempat tinggal kami di Sumowono Kabupaten Semarang, perjalanan sampai Basecamp Candi Ceto membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Karena kami mengendarai sepeda motor dengan sangat santai dan berjalan mengikuti arus dari GPS jadi pukul setengah 9 kami baru sampai di Basecamp Candi Ceto.
Kami langsung disambut hangat oleh petugas basecamp dengan dipersilahkan masuk untuk istirahat. Di dalam area basecamp sudah terdapat beberapa pendaki, kami pun saling bertukar sapa dan salam. Jam sepuluh malam kami sudah tertidur pulas, mungkin karena kami merasa capek setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang.
Hari berganti, Sabtu, 26 Desember 2020 pukul 5 pagi kami terbangun, setelah membuka mata kami langsung kaget, karena bangun-bangun sudah ada banyak pendaki yang mengisi di area basecamp. Pagi itu udaranya sangatlah dingin, kami keluar basecamp untuk mencari sarapan. Akhirnya kami menemukan warung makan di dekat basecamp. Sarapan pagi itu adalah nasi rames dan ditemani dengan segelas teh anget.
Sekitar 2 jam setelah sarapan, yaitu pukul 7 pagi saya ditemani dengan Eko melakukan registrasi, sedangkan Wisnu dan Toha packing barang-barang ke dalam carrier. Ketika registasi salah satu teman kami yaitu Toha tidak diperbolehkan mendaki, karena masih dibawah usia 18 tahun.
Kami benar-benar tidak tau jika ada peraturan itu di Gunung Lawu, mungkin karena kami yang kurang teliti ketika mencari referensi pendakian Gunung Lawu via Candi Ceto ini. Kami pun sangat kaget dan bingung harus gimana.
Tetapi akhirnya ada 1 syarat yang dapat digunakan agar si Toha tetap bisa ikut dalam pendakian, yaitu harus bawa pemandu lokal. Alhasil kami pun pilih lah syarat tersebut, daripada tidak jadi mendaki hehehe.
Oh iya, berikut ini adalah beberapa peraturan dan juga persyaratan untuk mendaki Gunung Lawu :
1. Pendaki usia dibawah 18 tahun dilarang mendaki kecuali didampingi oleh pemandu profesional dari daerah setempat.
2. Rombongan pendaki yang belum memiliki pengalaman minimal 3 kali pendakian wajib menggunakan pemandu profesional dari daerah setempat.
3. Setiap pendaki wajib membawa, dan memakai perlengkapan pakaian hangat dan handsanitizer.
4. Petugas melakukan breifing/pengarahan kepada setiap pendaki atau rombongan pendaki tentang kondisi cuaca terkini dan protokol kesehatan di masa pandemi covid-19.
5. Sebelum memasuki basecamp/rest area pendaki wajib mencuci tangan dengan sabun.
6. Pendaki wajib memakai masker ketika dalam basecamp/rest area dan ketika berinteraksi dengan orang lain.
7. Social distancing selama berada di dalam basecamp/rest area.
8. Peralatan sesuai dengan prosedur pendakian
9. Star pendakian mulai pukul 07:00 WIB - 17:00 WIB.
10. Waktu turun dan pengambilan identitas diri di pos pendakian maksimal pukul 22:00 WIB.
11. Tenda didirikan dengan jarak antar tenda 1 meter. Tidak boleh bergabung dengan rombongan atau regu lain.
12. Kapasitas 1 tenda dikurangi 1 orang.
13. Mematuhi peraturan yang ada.
14. Sampai di basecamp/rest area akan ada pengaturan dan harus siap dengan segala kondisi.
Lanjut guys, setelah mengurus registrasi akhirnya kami mendapatkan pemandu yang akan mendampingi perjalanan kami, mereka adalah Mas Roso dan juga Mas Tarmin. Tetapi tidak hanya itu, kami juga bareng bersama dengan rombongan open trip pendaki dari Tiga Dewa Adventure. Jadi sekarang bertambah banyak rombongan pendakiannya, awalnya hanya 4 orang sekarang jadi 12 orang hehehe.
Kami memulai pendakian pada pukul setengah 9 pagi dengan berdoa dan breafing terlebih dahulu, target kami untuk bermalam sebelum summit adalah di Pos 5.
DAN INILAH PERJALANAN KAMI
I. BASECAMP - POS 1 MBAH BRANTI (1.702 MDPL)
II. POS 1 - POS 2 BRAK SENG (1.906 MDPL)
IV. POS 3 - POS 4 PENGGIK (2.550 MDPL)
V. POS 4 - POS 5 BULAK PEPERANGAN (2.861 MDPL)
Untuk menuju pos 5 kami membutuhkan waktu sama seperti sebelumnya yaitu 2 jam. Sekitar pukul 16:30 WIB kami sampai di pos 5, lalu kami mulai mendirikan tenda dan sebagian lagi mulai memasak.
Cuaca di sekitar pos 5 berkabut dengan gerimis masih menemaninya. Hangatnya kopi sangat cocok dikala seperti ini hehehe. Kami bermalam disana, mungkin karena capek, jam 8 malam kami sudah terlelap dengan balutan hangatnya sleeping bag.
VI. POS 5 - GUPAKAN MENJANGAN (2.952 MDPL)
Minggu kami summit dari pos 5 menuju ke Puncak Gunung Lawu pada pukul 4 pagi, sampai di Gupakan Menjangan sekitar pukul setengah lima. Gupakan Menjangan ini berupa sabana yang sangat memukau, nah menurut saya ini mungkin surganya Gunung Lawu hehehe.
Disini pula bisa untuk mendirikan tenda dengan jumlah yang banyak, biasanya banyak pendaki juga yang bermalam disini. Di Gupakan Menjangan juga terdapat danau musiman karena hanya ada ketika musim hujan saja, biasanya pendaki menyebutnya sebagai Ranu Menjangan.
VII. GUPAKAN MENJANGAN - PASAR DIENG (3.104 MDPL)
Trek dari Gupakan Menjangan menuju Pasar Dieng cukup menanjak, tetapi ditengah perjalanan kami disuguhkan dengan indahnya matahari terbit. Kami sampai Pasar Dieng sekitar pukul 5 pagi.
Pasar Dieng ini disebut juga sebagai pasar setannya Gunung Lawu. Disini penuh dengan bebatuan yang tersusun rapi, beberapa diantaranya bahkan sengaja dibangun. Disini diperkirakan terdapat peninggalan jaman kerajaan masa lampau.
VIII. PASAR DIENG - PUNCAK HARGO DALEM (3.170 MDPL
Hargo Dalem merupakan salah satu puncak di Gunung Lawu, memiliki ketinggian 3.170 mdpl. Disini terdapat petilasan yang diyakini menjadi tempat moksanya Raja terakhir Majapahit, yaitu Prabu Brawijaya V. Di hari-hari tertentu banyak peziarah yang berkunjung kesini.
Di Puncak Hargo Dalem ini pula terdapat warung yang sangat fenomenal di kalangan para pendaki, yang di daulat menjadi warung tertinggi di Pulau Jawa bahkan di Indonesia. Ya, itu adalah Warung Mbok Yem, yang berada di ketinggian 3.150 mdpl.
IX. PUNCAK HARGO DALEM - PUNCAK HARGO DUMILAH (3.265 MDPL)
Kami menginjakkan kaki di puncak tertinggi Gunung Lawu yaitu Puncak Hargo Dumilah pukul 6 pagi. Disana terdapat tugu yang kokoh berdiri, sebagai tanda titik tertingginya Gunung Lawu. Berada di ketinggian 3.265 mdpl membuat kami bangga dan bersyukur bisa mencapainya. Keindahan alam adalah anugerah yang menumbuhkan penghargaan dan rasa syukur.
Ketika mendaki Gunung Lawu tetap harus jaga sopan-santun, unggah-ungguh, tata krama, mentaati peraturan yang ada karena selama pendakian masih melewati beberapa tempat yang terdapat petilasan-petilasan jaman kerajaan masa lampau. So, etika selama mendaki harus tetap diterapkan ya guys.
Itulah sepenggal cerita kami mendaki Gunung Lawu
Semua keindahan itu kami saksikan secara langsung, kami bersyukur masih bisa menikmati keindahan ini.
Dalam setiap keindahan, selalu ada mata yang memandang, mungkin perjalanan ini akan membawa kami kepada bahaya, resiko, dan kelelahan, bahkan hal-hal lain yang tidak dapat diprediksi. Namun perjalanan ini pula yang mampu membawa kami pada keelokan alam yang memukau.
Matur suwun, sampai berjumpa lagi diperjalanan-perjalanan selanjutnya.
Salam lestari.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Untuk menyaksikan video perjalanan bisa klik disini
© 2020 | Bang Haho
Post a Comment