Akhir Cerita - Cinta Semangat dan Panggilan Jiwa

Apa kabar hari ini?? .. Lihat tanda tanya itu, semoga tidak ada lagi goresan luka dihati.

Ini adalah lanjutan cerita yg aku tulis 2 tahun yang lalu, yaitu :

CINTA SEMANGAT DAN PANGGILAN JIWA


Dua tahun bersua, nyatanya masih tetap sama, aku tak pernah mampu menepis bayangmu secara sempurna. Selang waktu yang cukup lama, tak cukup mampu untuk mengubah segalanya

Semua masih tampak nyata di depan mata, senyumnya, tawanya, suaranya, bahkan  sikapnya. Hal-hal itu tampak tidak ada yang berbeda, dan masih sering menari-nari di atas serpihan luka yang telah ada.

Sebenarnya aku masih sangat merindukannya, menginginkan masih ada dalam nyata, bukan sekedar ilusi yang berbaur bersama angan belaka. Bukan hanya khayalan yang meretas imajinasi.

Tersadar diri kala mentari benar-benar telah pergi. Membawa rona senja yang menghiasai cakrawala, dan menggantinya dengan petang di kaki langit.

Malam datang, bersama dinginnya hembusan angin yang meniup dedaunan. Hmmm, sekilas angan tentangmu melintas dipikiranku, apakah hembusan angin juga sedang menyentuh ragamu?, apakah hawa dingin juga sedang menyergap kepenatanmu? 

Ah sudahlah...

Rasanya akan sangat percuma bila kini aku hadirkan sesal dalam dada, terlalu terlambat jika baru sekarang aku menyalahkan semesta. Bukankah aku pernah berjanji bahwa apapun yang terjadi aku  tak akan pernah menyesalinya?

Kini dalam lelap tidurku semua menjadi kian nyata, mengajakku menerawang melupakan kenyataan yang pernah ada. Aku terlena dalam damba semu, lupa jika semua cerita itu  telah berlalu. Sungguh, tidak akan mungkin terulang kembali.

Semua cerita telah berbeda, cerita-cerita yang ingin ku bangun bersamanya kini harus aku akhiri. Kehadirannya ternyata hanya dalam mimpi, impian bersamanya kini semua telah hilang. Dirinya telah pergi, tak mungkin kembali.

Jika aku tidak terlahir untuk memilikinya, mengapa engkau bangun megah istana cintaku untuknya..

Hanya kenangan yang masih tersimpan, dalam bingkai memori yang tak pernah usang. Ku simpan dalam hati dan mengendapkannya di relung nurani, menjadikan bagian dari masa yang telah berlalu.

Aku hanyalah manusia yang pernah mencoba ingin merajut asa bersamanya. Kita ialah aku dan kamu yang kembali menjadi asing manakala semesta tak merestui kebersamaan kita. 

Dipesisir manapun dia berada, semoga kebahagiaan selalu menyelimuti kehidupan barunya, semoga semesta selalu melindunginya.  

Tidak ada yang melukaiku, aku hanya terluka oleh harapanku sendiri. Akan aku rangkum semua anganku dalam doa, berterima kasihlah untuk segalanya, untuk apa yang telah dicukupkan, untuk apa yang telah diperjuangkan, dan untuk apa yang telah diberikan.

Dan kini aku harus memulai cerita baru, yang akan aku genggam dengan secercah harapan berbalutkan doa. 


Akhir cerita, "Cinta Semangat dan Panggilan Jiwa".


Nugroho Ardiyansah, November 2020.


Tidak ada komentar