BARISAN KATA TENTANG DIRI SAYA

Terlahir dari sebuah keluarga sederhana tak menjadikannya putus asa untuk meraih segala asa dan impiannya. Kehidupannya di desa tak pernah menyurutkan langkahnya untuk selalu mengejar cita-citanya. Ya semua itu dimiliki oleh sesosok pria yang pada tanggal 11 Oktober 1999 terlahir ke dunia yang penuh dengan fatamorgana ini.

Sesosok pria yang kini masih dalam proses pencarian jatidirinya, seperti kepompong yang tengah bermetafora menjadi seekor kupu-kupu. Nugroho Ardiyansah adalah sebuah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya, yang kemudian oleh rekan terdekatnya ia dipanggil Ardi. Dia lah pria yang tak pernah lelah untuk selalu meraih semua angan-angannya, kebahagiaan orang tua adalah impian terbesar yang selalu ingin ia wujudkan.

Anak kedua dari 2 bersaudara ini sekarang sedang duduk dibangku perkuliahan di salah satu universitas swasta terkemuka di Indonesia. Dengan semangat yang tinggi ia yakin bahwa di kampus itu ia bisa mewujudkan semua cita-citanya. Di kampus itulah ia mengerti arti sebuah persahabatan sejati, ia mudah bergaul dengan teman-temannya.

Sesosok periang ini tak pernah lelah untuk selalu mencoba mengejar cita-citanya. Tinggal di sebuah kosa-kosan, jauh dari kedua orang tua dan keluarganya  ia harus hadapi demi menuntaskan pendidikannya. Meski ia sering merasa lelah dan tak memiliki banyak waktu untuk belajar, ia selalu optimis usahanya akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Mimpinya untuk menjadi seorang yang sukses selalu membayangi di setiap langkahnya. Hal itu jugalah yang memotivasi ia untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk orang tuanya dan orang yang selalu menyayanginya.

Pria yang hobi dengan sepak bola ini selalu ingin melihat keceriaan dari wajah orang-orang di sekitarnya. Menurutnya kebahagiaan orang-orang di sampingnya adalah hal utama yang ia prioritaskan “Tanpa mereka saya bukanlah siapa-siapa” begitulah kalimat yang sering ia ucapkan.

Dengan berprinsip bahwa waktu akan selalu berputar, dan kehidupan akan terus berjalan seperti roda yang berputar, ia selalu yakin bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuknya. Meski kadang kenyataan hidup tak selalu seperti yang ia impikan, ia selalu yakin bahwa mentari akan terus bersinar mengiringi langkah hidupnya.

Nugroho Ardiyansah, 1999